Sebuah Kasus
Seorang gadis berusia 21 tahun
mengungkapkan keluhannya perihal hubungan interpersonal. Sebut saja namanya
“Bunga” (bukan nama sebenarnya). Bunga menceritakan bahwa dirinya sedang patah
hati karena ‘terpaksa’ harus berpisah dengan laki-laki yang dicintainya.
Sepertinya sudah cukup lama dia memendam perasaan duka hingga dirasa tidak kuat
lagi untuk ditahan. Dia kemudian memutuskan untuk berkonsultasi dan minta saran
penyelesaian.
Cinta Bunga berawal dari sebuah
pertemanan, kenal semakin mendalam kemudian menemukan kecocokan. Sikap lembut,
baik hati, perhatian, dan begitu mengasihi layaknya seorang ayah dari laki-laki
itulah menjadi alasan cintanya. Jauhnya jarak dari orangtua menjadikan hubungan
semakin dekat, figur seorang ayah yang dia temukan semakin menguatkan rasa
cintanya. Mulai muncul harapan besar suatu saat hubungan akan berujung pada
kehidupan rumah tangga. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, ketika rasa cinta
semakin menguat justru perpisahan yang terjadi. Hal tersebut yang menjadi beban
perasaan Bunga. Dia bingung apa yang harus dilakukan dan apa penyebabnya.
Dalam
pandangan Psikosintesis, setidaknya ada dua subkepribadian yang berperan dalam
situasi yang dialami Bunga. Seorang anak yang merindukan kasih sayang seorang
ayah dan seorang wanita dewasa yang merasa layak memiliki pasangan. Hanya saja,
subkepribadian seorang anak lebih dominan dalam interaksi dengan laki-laki yang
dicintainya. Figur seorang anak yang minta lebih ingin diperhatikan,
dikasihsayangin, dan diarahkan dst. Bagaimana perasaan seorang laki-laki dalam
hubungan serius ingin melangkah ke rumah tangga tetapi justru dia lebih
berperan layaknya seorang ayah? Hal tersebut yang menjadikan hubungan lebih
serius tidak terjadi. Seorang laki-laki yang ‘mengasuh’ seorang anak tiap hari.
Bagimana dinamika psikologis yang terjadi?
Kata kunci: Psikosintesis, Subkepribadian, Dinamika Psikologis
*) Paper dipresentasikan
oleh Pariman dalam acara diskusi dengan mahasiswa magister profesi psikologi
klinis di Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2 November 2010.
0 komentar:
Posting Komentar